RISE, Perlawanan dan Perang Pemikiran ?
[Editorial September 2007]
RISE dan Peran Kolektif Muslim
Hampir sebulan yang lalu [ Senayan,12 Agustus 2007] beberapa kolektif berkumpul bersama dan melakukan aksi dengan tema cukup besar: RISE! Revolter Islam Bangkitlah! Ya, sudah saatnya para rebel, para pemuda pembangkang sistem yang bobrok, bersatu, bergerak bersama, berkoordinasi mempersatukan perlawanan terhadap ketidakwarasan sistem kapitalis. Karena persatuan perlawanan melahirkan energi perlawanan yang lebih kuat!
Dari RISE kita tahu ternyata cukup banyak kolektif yang bergerak di beberapa daerah. Setidaknya mereka cukup serius untuk merebut ranah opini khususnya di kalangan pemuda di daerahnya. Itu terlihat dengan banyaknya kegiatan propaganda yang mereka lakukan dengan berbagai medium. Penerbitan Zine2, penyebaran leaflet, aksi kecil-kecilan dan berbagai bentuk kreatifitas propaganda lainnya adalah beberapa contoh medium yang mereka gunakan.
Mungkin ada yang memandang sebelah mata peran gerakan bawah tanah kolektif2 ini di saat gerakan perlawanan terhadap kapitalisme dan ide turunannya mulai cukup populer setidaknya dalam tataran formal yg melibatkan elemen formal non-parlementer. Jika dulu ketika berbicara tentang kebangkitan Islam, masyarakat islam awam hanya memahaminya sebatas meningkatnya syiar islam dalam bentuk penampakan materil, maka saat ini setidaknya sikap reduktif ini sedang berubah seiring dengan pengopinian dan pembangunan kesadaran massif bahwa Islam adalah sistem hidup dan solusi kehidupan yang tidak akan eksis secara benar tanpa ada institusi yg menerapkan dan mengembannya [state / dawlah].
Namun pertarungan [perang] pemikiran untuk melawan kapitalisme terjadi di berbagai arena — tidak di tataran formal saja. Adalah kewajiban sekaligus kesempatan bagi kolektif2 bawah tanah untuk merebut ruang yg tidak terjangkau oleh pengopinian formal, setidaknya di kalangan generasi muda, teens, maintream ill-culture victim youth. Nah, disinilah peran gerakan kolekftif2 tsb menjadi penting dengan terus menggencarkan pengopinian melalui medium apapun utk memaksimalkan efektifitas perlawanan pemikiran. Sejalan dengan fakta kecenderungan bahwa kadang ‘perang pemikiran’ hanya omong kosong —-di tingkat formal, ketika otoritas yang berkuasa membungkam suara2 yg mencoba menelajangi kebobrokan ideologi kapitalis dalam tataran ide dan implementasinya, maka kesempatan bagi kolektif2 ini utk menggunakan isu represi utk menggalang lebih jauh dukungan bagi perlawanan atas sistem yg bobrok di tataran non-formal. Ya, secara umum kolektif2 ini harus mampu mencari dan menggunakan isu yang penting utk melawan balik setiap tindakan atau apapun bentuknya yang berupaya meredam setiap perlawanan terhadap sistem kapitalis.
Perang Pemikiran atau Pembungkaman Pemikiran?
Ya, apa yang kita dengar tentang perang opini / pemikiran nyatanya bukanlan perang yang adil. Kebebasan berekspresi hanyalah isapan jempol ketika sudah berada pada level ‘membahayakan’ keberlangsungan otoritas politik negara kapitalis —mengancam kepentingan mereka dan masternya [Baca: USA]. Baru2 ini kita mendengar berita bagaimana beberapa pembicara dicekal dan dilarang menghadiri sebuah konferensi Islam internasional, yang ‘legal’ secara prosedural. Silahkan pikirkan kenapa. Sederhananya apapun motif pelarangan itu, memang kita telah akrab dgn contoh2 kongkrit omong kosong demokrasi dimanapun ia diterapkan. Ketika kekuasaan dlm ancaman maka apapun akan dilakukan utk melindunginya.
Memang saat ini, para kapitalis berusaha membendung kebangkitan kekuatan yang berpotensi menghancurkannya dengan cara apapun. Antara lain, beberapa diantaranya, dengan menggunakan payung hukum seperti UU Anti-Terorisme agar siapa saja yang mengancam mereka dapat langsung dibabat dengan UU ini. Merekapun membajak PPB utk secara maksimal dapat memaksakan kepentingan mereka. Mereka membayar LSM2 utk mendukung keberlangsungan ide2 kapitalis mereka. Yang paling sial dan tanpa malu adalah ketika mereka melakukan kekerasan utk mencapai tujuan mereka! Lihat Afghanistan dan Irak! Ya, mana ada machiavelis yang punya rasa malu? Ya, itulah kapitalis! Then End Justifies The Means! Tujuan ingin terus berkuasa dan berjaya mensahkan apapun cara yang dapat dilakukan untuk mencapainya! Maka penyiksaan, pembungkaman, teror negara terhadap lawan yang merintangi mereka adalah sah sah saja dan halal wa thoyyib!
Sebenarnya fakta2 tersebut adalah pertanda bahwa mereka akan segera mati. Karena barikade eksistensi mereka hanya tinggal kekuatan militer bukan kebenaran dan kesahihan ide2 mereka. Itupun begitu pecundang ketika berhadapan dengan para mujahidin. Maka propaganda perlu utk mem-backup last resource [baca: militer] mereka ini. Lihat si Bush. Do’i cuma bisa main Black Propaganda ketika berbicara soal kekuatan yang sedang mengancamnya dan konco2nya. Labelisasi lawan dengan sederatan istilah propagandis: “fundamentalis”, “ideologi setan”, “Islamo Fascism” jadi penghias pidatonya. Inilah ‘atap’ fenomena yang katanya ‘perang pemikiran’. Di bawahnya adalah represi, penekanan, pembungkaman dan operasi intel / militer. Persis seperti ketika Nazi berkuasa hingga akhirnya tumbang, eksistensinya hanya bisa terjaga dengan Black Propaganda dan operasi / represi militer.
Renew Your Resistance Spirit!
Nah, sudah saatnya kita terus bergerak agar tidak kehilangan momentum utk pada saat yang tepat menikam sistem kapitalis bobrok yang sedang terhuyung-huyung ini, tepat di ulu hatinya! Tentunya untuk terus bergerak kita membutuhkan pembaharuan dan peningkatan semangat serta amunisi pemikiran. Maka dengan Bulan suci yg sebentar lagi menghampiri, saatnya kita memperbaharui sel2 semangat perlawanan kita dan menajamkan amunisi pemikiran kita. Agar setelah Ramadhan, perlawanan kita semakin mantap!
Malah revolusi putih sebagai puncaknya perlawanan terhadap sistem kuffar yg ditandai dengan tumbangnya sistem tersebut, menurut saya, lebih baik terjadi di bulan ini saja! Ya, nggak? Karena artinya revolusi suci terjadi di bulan yang suci! Revolusi suci yang bertaut dengan tujuan penciptaan manusia utk menyembahNya, membebaskan manusia dari sistem / ideologi kuffur, thogut2 yg menjadi sumber penindasan dan kerusakan, sehingga hanya Dialah yang patut disembah. Sehingga akhirnya Islamlah yg mengakhiri sejarah! Bukan Demokrasi kapitalis liberal seperti klaim Fukuyama. Bukan yang lain!
Akhir kata, bergembiralah!
Karena surga bagi mereka yang bergembira ketika menyambut Ramadhan!
Menyambut kemenangan di penghujungnya!
Kemenangan perlawanan Islam!
Kam Ismu Sandyawan Prinx
Liberationyouth.com